Beranda | Artikel
Resensi Kitab Tsalatsatul Ushul
Sabtu, 2 April 2016

Kitab Tsalatsatul Ushul atau yang akrab dikenal di masyarakat dengan nama Al-Ushul Ats-Tsalatsah adalah tulisan dari seorang ulama ahli tauhid, Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah yang meninggal pada tahun 1206 H.

Mengenal Syaikh Muhammad At-Tamimi

Beliau adalah salah satu Imam dakwah Tauhid, Syaikhul Islam Abu Ali, Muhammad At-Tamimi rahimahullah. Seorang ulama yang lahir di daerah Al-‘Uyainah KSA pada tahun 1115 H dan wafat di kota Ad-Dir’iyah KSA pada tahun1206 H pada umur 91 tahun. Berkenaan dengan beliau, Syaikh Abdur Razzaq hafizhahullah menyatakan bahwa beliau adalah sosok penasihat yang telah menasihati orang-orang dengan sebesar-besar nasehat, dengan menjelaskan tauhid dan memperingatkan mereka dari menyekutukan Allah ‘Azza wa Jalla (syirik) yang merupakan dosa paling terbesar. Beraneka ragam tulisan beliau -rahimahullah- tentang  penjelasan tauhid guna memperingatkan orang-orang dari kesyirikan. Dalam masalah ini, beliau menulis berbagai karya tulis untuk menasihati orang-orang, sekaligus sebagai uzur (bahwa telah menunaikan kewajiban menegakkan hujah di hadapan Allah) dan sebagai peringatan bagi manusia. Dengan demikian, beliau adalah sosok (ulama) penasehat, pengajar, pendidik, pengarah (kebaikan) sekaligus sosok (ulama) yang berpegang teguh dengan Al-Qur`an dan Al-Hadits[1. Syarhur Risalah Al-Qowa’id Al-Arba’, Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr, hal.3].

Nama kitab ini

Kitab ini dikenal luas dengan nama Al-Ushul Ats-Tsalatsah, namun Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh hafizhahullaah memperingatkan bahwa sesungguhnya namanya yang benar adalah Tsalatsatul Ushul. Adapun Al-Ushul Ats-Tsalatsah adalah kitab lain, yaitu sebuah kitab yang terdapat di dalam kitab Al-Jaami’ Al-Fariid, hal. 267-270. Di antara para ulama yang menyebut kitab ini dengan nama Tsalatsatul Ushul adalah Syaikh Abdur Rahman bin Qasim rahimahullaah dan Syaikh Muhammad Shaleh Al-‘Utsaimin rahimahullaah ketika memberi judul kitab syarahnya masing-masing.

Tsalatsatul Ushul Karya Besar Syaikh Muhammad At-Tamimi  

Kitab ini telah dikenal luas di kalangan ulama sebagai karya syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullaah. Hal ini telah disebutkan oleh para ulama, di antaranya, cucu beliau sendiri, Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alusy-Syaikh rahimahullaah[2. Ad-Durar As-Saniyyah : 1/117]. Kitab ini terdapat dalam kitab Majmu’ muallafat Asy-Syaikh rahimahullaah (kumpulan karya-karya sang Syaikh). Demikian pula terdapat dalam kitab Ad-Durar As-Saniyyah.

Kapan sang Syaikh Muhammad menulis kitab ini?

Salah satu pensyarah kitab ini menyebutkan bahwa beliau menulis sebelum kepergian beliau ke kota Ad-Dir’iyah[3. Syarhu Tsalatsatul Ushul, Abdullah Aba Husain, hal. 5], wallahu a’lam.

Urgensi kitab ini

Kitab Tsalatsatul Ushul hanya berisikan sepuluh halaman saja, namun memiliki banyak keistimewaan, sehingga pantas kitab ini terus diajarkan dan dipelajari oleh para ulama dan penuntut ilmu syar’i semenjak lebih dari 240 tahun yang lalu. Berikut ini keistimewaan-keistimewaan kitab yang mungil ini:

  1. Tsalatsatul Ushul mengandung ilmu fardhu ‘ain[4. Tentang definisi ilmu fardhu ‘ain, silahkan baca : https://muslim.or.id/24642-skala-prioritas-dalam-belajar-agama-islam-1-ilmu-fardhu-ain.html].
  2. Tsalatsatul Ushul mengandung dasar-dasar keimanan dan tauhid.
  3. Penulis memperbanyak dalil-dalil, baik dari Al-Qur`an maupun Al-Hadits, serta ditambah dengan nukilan sebagian ucapan para ulama Ahli Sunnah. Hal ini menandakan bahwa isi kitab ini bukanlah hal yang baru dalam agama, namun beliau semata-mata menyampaikan ajaran yang berdasar Al-Qur`an maupun Al-Hadits dengan pemahaman para sahabat.
  4. Tsalatsatul Ushul mengandung jawaban dari tiga pertanyaan kubur, sedangkan menjawab pertanyaan kubur adalah prosesi hari akhir yang pertama dan sangat besar pengaruhnya terhadap prosesi akhirat selanjutnya, sebagaimana dalam riwayat berikut ini.
    Hani Maula ‘Utsman meriwayatkan bahwa Utsman bin ‘Affan radhiyallaahu ‘anhu apabila berdiri di sisi kuburan, beliau menangis sampai basah jenggotnya, lalu dikatakan kepadanya, “Engkau mengingat surga dan neraka tidak menangis, namun terkait dengan ini anda menangis?” Ia menjawab, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ منزل من مَنَازِلِ الْآخِرَةِ فَإِنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ وَإِنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ

    Sesungguhnya (alam) kubur adalah tempat awal persinggahan akhirat, jika selamat darinya (adzab kubur) maka persinggahan yang setelahnya akan lebih mudah darinya, dan jika tidak selamat darinya, maka persinggahan yang setelahnya lebih berat darinya.’ Beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

    مَا رَأَيْتُ مَنْظَرًا قَطُّ إِلَّا الْقَبْرُ أَفْظَعُ مِنْهُ

    Tidak pernah aku melihat pemandangan yang amat mengerikan kecuali (alam) kubur lebih mengerikan darinya’ (HR. At-Tirmidzi dan selainnya, dihasankan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullaah).
    Dengan sebab persinggahan setelah alam kubur bagi seorang mukmin lebih mudah, maka jika seorang mukmin melihat kenikmatan yang dijanjikan oleh Allah untuknya, ia mengatakan,

    رب عجل قيام الساعة

    “Wahai Rabbku, segerakan kiamat terjadi” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani).
    Adapun orang kafir fajir, jika melihat siksa berat yang Allah persiapkan untuknya saat diazab di alam kubur, ia mengatakan,

    رب لا تقم الساعة

    “Wahai Rabbku, jangan Engkau tegakkan kiamat” (HR. Abu Dawud dan Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani). Hal ini karena sesuatu yang sesudahnya lebih berat baginya.

  5. Metode penjelasan yang digunakan oleh penulis adalah metode yang sederhana, singkat dan mudah dipahami meski oleh orang awam, bahkan sebagian metode penjelasannya dengan cara tanya jawab.
  6. Para ulama menaruh perhatian besar terhadap kitab Tsalatsatul Ushul. Hal ini menunjukkan bahwa kitab tersebut sangat bernilai di sisi para ulama dan menunjukkan seleksi ilmiah para ulama terhadap kitab ini selama dua abad lebih semenjak ditulisnya kitab ini. Bentuk-bentuk perhatian besar para ulama terhadap kitab ini diantaranya:
    • Ulama menyarankan kitab ini diajarkan kepada semua kalangan, baik anak-anak, pemuda, maupun orang tua dengan menyesuaikan bentuk pengajarannya. Sebagaimana yang dilakukan oleh sang penulis sendiri, beliau mengajarkan kitab ini kepada masyarakat secara umum.
    • Sebagaimana juga, di antara ulama ada yang mengirim kitab ini kepada sebagian pejabat pemerintahan, seperti yang dilakukan oleh Syaikh Abdur Rahman bin Hasan rahimahullaah.
      Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullaah mendorong para imam masjid untuk mengajarkan kitab ini kepada para jama’ah.
    • Demikian pula ulama besar, seperti Syaikh Bin Baz dan Lajnah Daimah mendorong umat Islam untuk mempelajari kitab ini.
  7. Penulisan kitab Tsalatsatul Ushul memiliki andil besar dalam mengubah masyarakat. Kitab ini merupakan wujud dakwah di tengah-tengah masyarakat yang memerlukan perbaikan akidah. Awal kitab ini ditulis, masyarakat pada saat itu merasa asing. Saat itu, di masyarakat tersebut, banyak tersebar perbuatan syirik yang mereka warisi dari kakek moyang mereka, bahkan sebagian tokoh mereka justru mengajak masyarakat untuk melakukan kesyirikan. Dengan demikian, kitab ini, awal kalinya sulit sekali mendapatk sambutan masyarakat, karena isi kitab ini bertentangan dengan keyakinan yang telah mengakar di tengah masyarakat tersebut, namun selanjutnya, Allah menjadikan kekuatan bagi penguasa saat itu untuk menolong dakwah sang penulis kitab ini.
    Dengan taufik Allah melalui dukungan kekuatan penguasa, tersebarlah kitab ini ke berbagai pelosok daerah, kitab ini pun diajarkan di masjid-masjid, di kota-kota, desa-desa, bahkan sampai penduduk nomaden yang berpindah-pindah tempat tinggal pun tak luput dari pengajaran kitab mungil ini. Para imam masjid pun mentalqin jama’ah dengan tiga pertanyaan kubur dan jawabannya serta dalil-dalilnya. para imam masjid bertanya kepada jama’ah, “Siapa Rabb anda?”
    Jama’ah pun menjawab, “Allah.” “Apa dalilnya?” lanjut sang imam masjid, mereka pun menjawab alhamdulillahirabbil’alamin (segala puji bagi Allah Rabb alam semesta).
    Demikianlah, para jama’ah pun keluar dari masjid dalam keadaan membawa aqidah yang benar dengan mantap, petani kembali ke cocok tanamnya, pedagang kembali ke perdagangannya, demkian seterusnya hingga tersebarlah ajaran aqidah yang benar di kitab ini, bahkan sampai meluas ke ibu-ibu rumah tangga di rumah-rumah mereka[5. Al-Madkhal li syarhi Tsalatsatil Ushul, Syaikh Abdullah Aba Husain, hal. 3].
  8. Kitab ini mendapatkan sambutan yang istimewa dari kaum muslimin secara umum dengan beberapa bukti, di antaranya:
    • Tersebarnya kitab ini di berbagai negara kaum muslimin, di antaranya di negara kita, Indonesia.
    • Kendati umur kitab ini lebih dari 240 tahun semenjak ditulisnya kitab ini, namun masih saja tetap dicetak dan tersebar di tengah-tengah kaum muslimin.
    • Kitab ini hanya berisikan sepuluh halaman yang mengandung tauhid dan dasar-dasar agama Islam, namun tetap saja banyak dipilih kaum muslimin, meskipun terdapat ribuan kitab-kitab lain yang mengandung inti kandungan yang sama, bahkan lebih luas.
    • Kitab ini menjadi kurikulum di berbagai pesantren dan madrasah-madrasah. Hal ini tidak hanya terjadi di negara asalnya, namun juga di luar negara Kerajaan Arab Saudi.

Materi Kitab

Inti dari kitab ini meliputi lima hal pokok berikut ini:

  1. Tiga pertanyaan di alam kubur dan jawabannya, disertai dengan dalil-dalilnya
  2. Di dalamnya juga terdapat penjelasan tiga macam tauhid sekaligus, yaitu: Tauhid Uluhiyyah, Rububiyyah, dan Al-Asma’ wash Shifat, walaupun penekanannya adalah pembahasan Tauhid Uluhiyyah, adapun penjelasan kedua macam tauhid yang lainnya disebutkan secara sekilas.
  3. Penjelasan tentang agama Islam dan tingkatannya, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan.
  4. Penjelasan tentang Nabi shallallaahu alaihi wa sallam dan ajaran terpenting yang dibawa oleh beliau serta sikap yang benar kepada beliau.
  5. Iman terhadap hari Kebangkitan dan penjelasan inti dakwah seluruh Rasul alaihimush shalaatu was salaam, yaitu Tauhid Uluhiyyah.

Pembagian kandungan kitab

Kitab ini terdiri dari tiga bab, yaitu

1. Muqadimah (Pembukaan)

Perlu diketahui bahwa muqadimah kitab ini diambil dari tulisan lain dari penyusun kitab ini. Sebagian murid beliaulah yang memasukkan tulisan tersebut sebagai muqadimah kitab ini. Pada akhirnya dikenalah muqadimah tersebut sebagai bagian dari kitab Tsalatsatul Ushul.

Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Ibnu Qosim An-Najdi rahimahullaah bahwa pada asalnya, kitab ini diawali dengan perkataan penulis,

فإذا قيل لك: ما الأصول الثلاثة

“Jika ada yang bertanya kepadamu apakah tiga landasan (agama Islam) itu?

Adapun kalimat-kalimat sebelumnya ditambahkan oleh sebagian murid-murid penulis kitab tersebut yang diambil dari tulisan beliau sendiri[5. Hasyiyah ‘ala Tsalatsatil Ushul, hal. 25].

Ciri khas muqadimah:

Muqadimah kitab ini terdiri dari tiga bagian. Masing-masing bagian diawali dengan perkataan penulis:

اعلم رحمك الله

Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu.

Dengan demikian, ketika seorang pembaca kitab ini, masih mendapatkan tiga bagian yang diawali dengan kata ketahuilah, maka ia masih mempelajari bagian muqadimah kitab dan belum masuk ke dalam inti kitab. Itu pun pada asalnya muqadimah ini bukan bagian dari risalah Tsalatsatul Ushul, sebagaimana telah disebutkan di atas.

  • Muqadimah Pertama berisi tentang kewajiban empat perkara, yaitu berilmu, beramal, berdakwah dan bersabar.
  • Muqadimah Kedua berisi tentang kewajiban tiga perkara, yaitu Tauhid Rububiyyah Tauhid Uluhiyyah,  Al-Wala` dan Al-Baraa` .
  • Muqadimah Ketiga berisi tentang hakikat agama Nabi Ibrahim alaihis salaam.

2. Inti Materi

Inti materi kitab ini berisikan pembahasan tentang tiga landasan agama Islam. Dimulai dengan landasan yang pertama, yaitu Mengenal Allah, landasan yang kedua, yaitu Mengenal agama Islam, kemudian landasan yang ketiga, yaitu Mengenal Nabi-Nya shallallaahu alaihi wa sallam, dengan dalil-dalilnya masing-masing.

3. Penutup

Pada bagian penutup, penulis menyebutkan sebagian dari permasalahan keimanan terhadap hari akhir, seperti iman terhadap hari kebangkitan dan hisab. Demikian pula disebutkan  permasalahan yang mendasar sebagai penutup, yaitu wajibnya ingkar terhadap tagut, diiringi dengan penjelasan makna tagut dan pentolan-pentolannya.

Pujian Para Ulama

Banyak pujian ulama terhadap kitab Tsalatsatul Ushul. Hal ini menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap kitab ini. Syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alusy-Syaikh rahimahullaah menjelaskan bahwa manfaat kitab ini begitu besar bagi pencari kebenaran, kendati kitab ini begitu ringkas[5. Ad-Durar As-Saniyyah : 4/339].

Syaikh Ibnu Qosim rahimahullaah mengungkapkan bahwa kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikhul Islam, sang pembaharu dakwah dan pembaharu agama Islam, Muhammad At-Tamimi -semoga Allah memberi ganjaran dan pahala yang besar-, telah sungguh-sungguh dihafal oleh banyak orang karena manfaatnya yang besar dan hati orang-orangpun begitu mengharapkan penjelasan isinya karena demikian kokoh bangunan ilmiyahnya[6. Hasyiyah ‘ala Tsalatsatil Ushul, hal.7].

Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh hafizhahullaah menjelaskan bahwa kitab Tsalatsatul Ushul adalah kitab yang penting bagi setiap muslim. Dahulu, para ulama sangat perhatian dalam menjelaskan kitab ini, (bahkan kitab ini) termasuk kitab ulama yang pertama kali dijelaskan. Hal itu karena didalamnya terdapat jawaban dari tiga pertanyaan kubur[7. Transkip Syarhu Tsalatsatil Ushul, Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh].

Beliau juga menjelaskan bahwa selayaknyalah bagi kita untuk bersemangat mengajarkan kitab ini kepada orang-orang awam, para wanita di rumah-rumah mereka, anak-anak dan semisal mereka, sesuai dengan tingkatan pemahaman mereka.

Dahulu para ulama kami rahimahumullaah ta’ala begitu perhatian terhadap kitab Tsalatsatul Ushul, baik dalam bentuk mengajarkannya maupun mempelajarinya, bahkan mereka dahulu mengharuskan masyarakat untuk mempelajarinya setelah salat subuh. Masyarakat pun menghafal dan mempelajarinya. Hal itu adalah puncak keinginan dan kecintaan (penulis) terhadap kebaikan (yang diperuntukkan bagi) hamba-hamba Allah, kaum mukminin.

Termasuk kebaikan besar yang layak diperuntukkan bagi kaum mukminin adalah disampaikannya kepada mereka kebaikan yang menyebabkan mereka selamat, di saat-saat seorang hamba ditanya dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh dua malaikat di alam kuburnya. Sebab, jika ia mampu menjawabnya dengan jawaban yang baik dan benar, maka setelah itu ia akan hidup bahagia. Namun, jika jawabannya tidak baik dan benar,  maka setelah itu ia akan hidup dengan terancam kesengsaraan dan azab, wal’iyyadzu billah[8. idem].

Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad hafizhahullaah mengungkapkan bahwa kitab ini adalah kitab yang tinggi nilainya. Semua kalangan, baik khusus maupun umum, tidak ada satupun (diantara mereka) yang tidak membutuhkan (kandungan) kitab ini, karena kitab ini mencakup penjelasan tiga landasan pokok (agama Islam) dan dalil-dalilnya[9. Manhaj Syaikhil Islam Muhammad bin Abdil Wahhab fit Ta`lif].

Beliau juga menerangkan bahwa kitab Tsalatsatul Ushul ini ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdil At-Tamimi rahimahullaah dalam bentuk yang ringkas, jelas ungkapannya serta berdalil Al-Qur`an dan As-Sunnah. Kitab ini adalah kitab yang selayaknya pertama kali diajarkan kepada anak-anak dan orang-orang awam serta selayaknya, semua kalangan, baik khusus maupun umum, bisa mengambil faedah darinya.

***

Referensi
  1. Website Tasfiatarbia.Org
  2. Al-Madkhal li syarhi Tsalatsatil Ushul, Syaikh Abdullah Aba Husain.
  3. Transkip Syarhu Tsalatsatil Ushul, Syaikh Sholeh Alusy-Syaikh.
  4. Manhaj Syaikhil Islam Muhammad bin Abdil Wahhab fit Ta`lif, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-Abbad.
  5. Syarhur Risalah Al-Qowa’id Al-Arba’, Syaikh Abdur Razzaq Al-Badr.

 

Penulis: Ust. Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

____

🔍 Hadits Tentang Tertawa, Hadits Tentang Ikhtiar, Al Jin Ayat 13, Nikmat Kubur Di Alam Barzakh, Hukum Berdoa Setelah Shalat Wajib


Artikel asli: https://muslim.or.id/27776-resensi-kitab-tsalatsatul-ushul.html